Advertisemen
Anda tahu ? sekitar 50% bisnis kecil hanya bertahan sampai 5 tahun, ini berdasarkan statistik yang dipublikasikan SBA (Small Business Administration). Apakah penyebab utamanya ?
Usaha kecil umumnya dibekali modal kecil di awal. Mungkin ini menyulitkan. Tapi apakah ini satu-satunya alasan rasional ? Ternyata tidak. Anda harus benar-benar paham, bahkan dari sejak ingin memulai usaha.
1. Memulai Usaha dengan Alasan yang Salah
Mari, tanyakan pada diri sendiri. Kenapa saya memulai bisnis ? Karena bisa menghasilkan uang tak terbatas ? Bosan bekerja ? atau Agar punya banyak waktu untuk keluarga ?
Bila itu jawaban anda, maka berpikir lah kembali. Alasan-alasan tersebut bukan jawaban yang bisa menstimulus keberhasilan berwirausaha.
Bila ya, maka sudah dipastikan bisnis anda bangkrut karena anda memulainya dengan alasan yang salah.
Bukankah itu yang sering dibicirakan para pengusaha ? Ya, namun lihat bagaimana mereka jatuh bangun memulai usaha. Pada akhirnya, alasan mereka berhasil berbisnis bukanlah karena keinginan bosan bekerja, ingin uang banyak atau punya banyak waktu, tetapi karena mereka akhirnya menemukan kecintaan pada apa yang mereka lakukan. Artinya, yakin, percaya dan sungguh bergairah untuk membidangi usaha ini.
Pelaku usaha yang berhasil, selalu diawali dengan keyakinan kuat pada apa yang mereka lakukan bahwa produknya akan memenuhi kebutuhan pasar.
Meskipun selalu ada tantangan yang mengakibatkan kegagalan, namun keyakinan itu tidak pudar. Berbeda halnya bila tidak diawali dengan kecintaan, anda pasti akan bertanya apakah bisnis ini bisa sukses ?
Masih ingat ? Mengapa Mark Zuckerberg (pediri sekaligus owner Facebook) drop out dari kuliahnya ? Ia memiliki kecintaan kuat pada apa yang sedang ia kembangkan dan yakin ia bisa berhasil. Mark sejak kecil memang hobi mengotak-atik komputer serta mencoba berbagai program komputer.
�Mencari pekerjaan hanya untuk orang-orang lemah� begitu kata Mark.
Ekonom SBA juga mencatat bahwa pelaku bisnis yang sukses mempelajari banyak hal penting ketika mengalami kegagalan sebelumnya. Ketika anda suka, maka kecintaan tidak akan pudar. Beberapa malah semakin optimis ketika gagal, karena mereka telah mengerti dan mempelajari bagaimana seharusnnya bertindak dan menyusun siasat serta rencana yang lebih matang.
menarik untuk dibaca : Step Mengatasi Usaha yang Terancam Bangkrut
menarik untuk dibaca : Step Mengatasi Usaha yang Terancam Bangkrut
2. Tidak Melihat Market Share atau Kurang Pengetahuan Memasarkan
Siapa bilang melihat pangsa pasar (market share) tidak penting untuk usaha kecil ? Justru, usaha kecil-lah yang harus pandai memprediksi ceruk. Namun ingat, memprediksi itu bukan mengira-ngira berdasarkan pendapat saja. Cara gampang melihat pangsa pasar bagi saya adalah dengan melihat jumlah pesaing di wilayah tersebut dan mengamati demografi masyarakat. Semakin sedikit pesaing, semakin bagus namun bukan berarti lampu hijau produk anda akan laku keras. Bila target pasar adalah kalangan atas, maka salah bila anda memilih lokasi di dekat kampus. Sebab, bagi saya sebagian besar mahasiswa akan memilih hidup hemat meskipun beberapa dari mereka banyak dari golongan atas.
Di daerah saya ada contoh kasus, pelaku usaha yang mengganti bidang usahanya sebanyak 3 kali karena sepi. Pertama laundry, karena banyak pesaing ia sadar dan ganti berjualan jus, kemudian sekarang ganti lagi menjadi toko boneka dan mainan anak.
Namun bila kita cermati, mengapa toko distro malah menjamur di daerah saya yang tidak jauh dari kampus Universitas Pakuan, beberapa SMA dan satu SD ? Padahal produk distro harganya relatif mahal. Ini disebabkan produk Distro sukses membangun brand image di mata anak muda. Semahal apapun, bila sudah melekat pasti akan laku. �Do it Yourself�, kesan eksklusif dan tidak mainstream sangat sejalan dengan pribadi anak muda. Mulai dari anak SMP, SMA dan beberapa anak kuliahan sibuk nongkrong di outlet distro.
Yang mengerikan lagi bila pelaku usaha kurang update atau gaptek. Namun, ada contoh pelaku bisnis jual beli motor bekas yang masih bertahan di daerah saya meskipun gaptek. Saya bisa sebut ia pandai, dibalik kekurangannya yang jangkan internetan, ngoprek hp saja kesulitan, Ia selalu aktif berinteraksi dengan masyarakat sehingga usahanya dikenal dan banyak orang pada akhirnya membeli motor kepada beliau termasuk ayah saya dulu. Ia selalu membangun koneksi, setiap hari selalu ada orang datang ke rumahnya untuk sekedar mengobrol ngalor ngidul dan menanyakan soal motor. Anda tahu ? ia bahkan tidak punya outlet sama sekali, selama yang saya tahu, motor-motornya disimpan di dalam rumahnya yang cukup luas. Bahkan ia tidak memasang spanduk atau banner dan attribute lain untuk sekedar membuat orang tahu. Bila lewat depan rumahnya, mungkin anda tidak akan tahu bahwa beliau berbisnis jual beli motor.
Itulah disini antara melihat market share atau cara memasarkan saya sebut, sebab cara memasarkan bisa membantu mengatasi masalah market share. Berinteraksi langsung atau memanfaatkan teknologi informasi . Ini 2 alat yang bagi saya berperan besar !
Pemasaran adalah seni, jadi teori tidak mutlak terjadi. Seperti halnya teknik mendidik pasar, bagaimana membuat orang yang awalnya tidak butuh menjadi butuh. Produk asuransi adalah contoh yang melakukan teknik mendidik pasar di awal mulanya dan mungkin berlaku juga bagi semua produk �pure� baru. Bila tidak ada permintaan, kita bisa menciptakan permintaan dengan mendidik masyarakat agar timbul rasa butuh atau keinginan dengan cara promosi salah satunya.
3. Melakukan Semuanya Sendiri
�Serabutan�, ini dan itu dilakukan oleh anda sendiri. Yang seharusnya anda fokus dalam pengembangan produk dan pasar malah sibuk jadi �housekeeper� nungguin toko dan melayani pembeli. Bila ada untung, investasikanlah uang tersebut untuk membiayai karyawan. Asal masih bisa buat makan pribadi, saya rasa itu sudah cukup. Menabung dan terus menggunakan sebagian besar keuntungan untuk mengembangkan bisnis.
Ingatlah, sebagai pebisnis anda harus memikirkan standar dan prosedur kerja. Ketika anda punya karyawan ini sangat penting. Contohnya Rangga Umara (pemilik pecel lele lela) , kelimpungan ketika ditinggal Koki-nya, karena ia belum menerapkan SOP saat itu. Akhirnya ia dibantu temannya membuatkan SOP agar bisa dipelajari dengan mudah oleh karyawan baru.
lihat juga : Menyikapi Keadaan Bangkrut
lihat juga : Menyikapi Keadaan Bangkrut
4. Kurang Fokus dan Sering Tergoda Bisnis Lain
Ini bahkan sering juga saya alami. Namun, sebenarnya ini wajar karena anda belum benar-benar menjiwai bidang usaha tertentu. Pada akhirnya, anda harus memilih 1 usaha dan tinggalkan yang lain. Setelah usaha berkembang dan �autopilot� maka barulah anda bisa melirik bisnis lain.
Diawal sebaiknya, anda harus komitmen memilih 1 usaha yang akan ditekuni sampai benar-benar berkembang. Banyak dari kita yang tidak fokus, mudah tergoda dengan bisnis yang menjanjikan hasil cepat, padahal itu bukan yang kita cari. Bisnis yang menghasilkan uang dengan cepat biasanya cepat juga kandas. Sebaiknya, pilihlah bisnis yang menggairahkan anda �sesuai passion� meskipun butuh waktu untuk berkembang. Semua bisnis butuh waktu untuk berhasil, tinggal bagaimana anda bisa fokus mengupayakannya.
Mengapa fokus penting ? ini berdasarkan pengalaman para pelaku usaha sukses yang saya amati. Sebut saja Ipan, ia fokus mengembangkan bisnis fashion. Setelah sukses, baru ia melirik usaha lain yaitu property.
Setelah mengetahui hal ini, saya harap anda bisa mengatasi sebab-sebab yang membuat usaha skala kecil bangkrut. Semoga bermanfaat
Fajar M
(Silahkan dishare sebanyak-banyaknya bila bermanfaat bagi sesama, namun dilarang menjiplak artikel untuk dimuat ulang di situs/blog lain)
Advertisemen