Advertisemen
Sebagai negara agraris dengan wilayah kekuasaan berupa daratan yang sangat luas, secara teori Indonesia seharusnya tidak perlu melakukan impor bahan pangan dari negara tetangga. Sayang, teori yang penulis buat di atas ternyata sama sekali tidak bekerja.
Ya, meski pun Indonesia memiliki wilayah kekuasaan berupa daratan yang sangat luas, nyata nya sampai detik ini, beberapa kebutuhan pangan di Indonesia masih harus dipenuhi dari luar negeri.
Dari mulai susu, daging sapi, sampai bahan makanan pokok seperti beras hingga saat ini masih harus dipenuhi dari luar negeri. Sangat aneh bukan? Apa ya kira � kira yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Apa ya kira � kira alasan impor daging sapi masih terus berlanjut?
Apa Alasan Impor Daging Sapi di Indonesia Masih Terus Berlanjut Sampai Saat Ini?
Jika ditanya apa alasan impor daging sapi masih terus berlanjut sampai sekarang, jawaban nya hanya ada satu, yaitu Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging sendiri. Cuma itu, tidak ada yang lain.
Jadi karena kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia belum bisa dipenuhi dari dalam negeri, maka secara teori, mau tidak mau pemerintah harus membuka keran impor daging sapi dari negara tetangga.
Jika tidak, maka kelangkaan daging sapi akan terjadi, dan jika hal ini terjadi, maka akan terjadi kekacauan berupa peningkatan harga daging sapi yang tidak wajar. Jika sudah begini, biasa nya yang dirugikan adalah konsumen alias masyarakat.
Nah, maka dari itu, pada dasar nya kebijakan impor daging sapi itu bukan masalah, tapi solusi. Yang menjadi masalah sebenarnya adalah Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging nya sendiri, dan jujur, jika dikaji secara mendalam, permasalahan ini merupakan masalah yang sangat besar.
Lantas, kenapa ya kira � kira Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging nya sendiri?
Mengapa Pasokan Daging di Indonesia Belum Mencukupi?
Dibandingkan dengan pertanyaan mengapa impor daging sapi 2016 masih terjadi dan kemungkinan besar akan terus berlanjut di tahun � tahun mendatang, penulis lebih tertarik untuk membahas mengapa sampai detik tulisan ini dibuat Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasokan daging nya sendiri.
Ya, menurut penulis permasalahan ini jauh lebih penting untuk dibahas, karena dengan mengetahui akar permasalahan nya, kita dapat lebih mudah untuk mencari solusi nya. Jadi bukan hanya sekedar mempertanyakan, tapi juga mencari dan menerapkan solusi yang masuk akal.
Nah, menurut hemat penulis sendiri, Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan daging sapi sendiri karena beberapa hal berikut ini:
1. Orang Pintar di Indonesia Tak Mau Jadi Peternak Sapi
Permasalahan pertama sekaligus paling utama yang mendasari permasalahan kekurangan pasokan daging sapi Indonesia adalah karena sampai saat ini mayoritas orang pintar di Indonesia masih belum mau bergerak di sektor agribisnis terutama sektor peternakan sapi.
Ya, alih � alih memiliki membuka peternakan sendiri, orang pintar di Indonesia cenderung lebih suka bekerja di kantor ber-AC dengan gajih tetap setiap bulan tanpa peduli kemana masa depan negara ini akan bergerak.
Toh buat apa repot � repot mendirikan peternakan sendiri? Bukan kah modal yang dibutuhkan sangat besar?
Resiko nya sangat besar? Dan sama sekali tidak ada jaminan sukses di sana? Dari pada harus menanggung semua kemungkinan di atas, lebih enak bekerja di perusahaan yang sudah maju toh? Yang berani membayar gaji dengan angka fantastis.
Nah, meski pun hal ini terkesan sepele, ini lah yang pada akhir nya menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi cacat. Mengapa? Karena hal ini menyebabkan rasio perbandingan antara pencari kerja dengan penyedia lapangan kerja menjadi tidak seimbang.
Disamping itu, hasil komoditi (termasuk salah satu nya adalah daging sapi) yang bisa didapatkan pun akhir nya juga menjadi lebih sedikit dari yang semestinya. Ujung � ujung nya, pasokan daging sapi yang dihasilkan pun tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
2. Perguruan Tinggi Hanya Mencetak Pekerja Siap Pakai, Bukan Peternak Siap Tempur
Ini kenyataan, sampai detik tulisan ini dibuat, mayoritas perguruan tinggi di Indonesia sebenarnya masih condong ke arah �mencetak pekerja siap pakai�, bukan �mencetak pengusaha / peternak siap pakai�.
Tidak percaya? Coba jawab dua pertanyaan saya berikut ini:
Tidak percaya? Coba jawab dua pertanyaan saya berikut ini:
- Mana yang lebih banyak Anda pelajari? Teori di kelas (yang isinya hanya berupa perhitungan dan contoh kasus dari perusahaan besar) atau praktik langsung di lapangan (yang lebih mencerminkan dunia usaha secara nyata)?
- Sesaat sebelum dan setelah Anda lulus dari kampus, apakah kampus Anda menawarkan serangkaian program untuk menjadi pengusaha? Atau malah menyediakan lapak recruitment tenaga kerja dari perusahaan bonafid?
- Apakah kampus Anda menyediakan program beasiswa khusus untuk pengusaha? Atau menyediakan beasiswa dengan sistem ikatan dinas ke perusahaan besar?
Jawab yang jujur ya!
3. Sistem Peternakan di Indonesia Masih Dijalankan dengan Cara Tradisional dan Tidak Efektif
Di Indonesia, sistem peternakan yang dijalankan masih bisa dikatakan tradisional dan benar � benar tidak efektif. Dalam aktivitas pemberian pakan misal nya, para peternak di Indonesia masih menggunakan sistem pemberian pakan feed lot, yang arti nya pakan diberikan kepada sapi di kandang nya.
Ya meski pun sistem ini sebenarnya merupakan sistem yang bagus, namun jika dikaji secara jangka panjang sistem ini sebenarnya sangat tidak efektif dalam hal biaya dan juga angka produksi. Dalam perihal biaya, sistem ini cenderung memakan biaya yang lebih besar, dan dalam perihal angka produksi, jumlah sapi yang dapat ditangani juga sangat sedikit.
Dampak nyata yang disebabkan oleh penggunaan sistem ini biasanya ada di sektor harga. Karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan sistem ini sangat besar, ujung � ujung nya harga jual daging sapi lokal pun menanjak dan jauh lebih tinggi dari harga daging sapi impor.
Itulah mengapa sampai saat ini para peternak sapi di Indonesia selalu mengeluh ketika pemerintah membuka keran impor daging sapi ke Indonesia.
4. Program Pemerintah Tidak Menghasilkan Solusi Jangka Panjang
Sebelumnya penulis sempat mengatakan bahwa pembukaan keran impor oleh pemerintah sebenarnya merupakan sebuah solusi atas ketidakcukupan pasokan daging sapi dalam negeri.
Ya, benar, impor memang solusi, namun ini hanya solusi jangka pendek yang sebenarnya sama sekali tidak mengatasi akar dari permasalahan yang sebenarnya. Maka dari itu, jangan heran jika di tahun � tahun mendatang keran impor daging sapi di Indonesia akan terus terbuka. Bahkan mungkin angka impor nya akan jauh lebih besar.
Hemat penulis, agar permasalahan kurang nya pasokan daging sapi di Indonesia bisa cepat teratasi, pemerintah harus lebih serius dalam menangani permasalahan ini dari �AKAR PERMASALAHAN NYA�, jadi bukan hanya dari sudut pandang solusi sementara saja.
5. Sistem Kartel dan Birokrasi Bisnis yang Bobrok
Menurut desas desus yang beredar, saat ini harga daging sapi di Indonesia tengah dikontrol oleh pihak � pihak tertentu di luar pemerintah. Aktivitas ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan keuntungan pribadi pelakunya.
Konon, menurut informasi yang beredar kelangkaan daging sapi yang terjadi di moment � moment tertentu sebenarnya bukan terjadi secara tidak sengaja atau pun alamiah. Kelangkaan ini sebenarnya terjadi karena adanya upaya penimbunan daging sapi untuk meningkatkan keuntungan pribadi.
Disamping itu, beberapa sumber juga menyebutkan bahwa pembukaan keran impor secara besar � besaran setiap tahun nya ternyata juga memberikan keuntungan bagi pihak � pihak tertentu yang ada di pemerintahan dan lingkungan bisnis daging sapi. Hal ini lah yang pada akhirnya terus membuat pemerintah seakan tidak sadar dan malah ketagihan untuk terus melakukan impor daging sapi dari luar negeri.
Itulah sedikit gambaran dan penjelasan mengapa Indonesia masih impor daging sapi sampai saat ini.
Pandu A.P
Sumber gambar :
youtube.com
pixabay.com
id.wikipedia.org
Advertisemen